MEMBERI DARI KEKURANGAN
1
Raja-raja 17:8-16
Di
sebuah desa hidup sepasang suami istri dan dua orang anaknya. Keluarga tersebut
adalah keluarga yang takut akan Tuhan. Secara materi mereka hidup secara pas pasan.
Mereka hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup dari hasil sebidang tanah dekat
rumah mereka. Pada suatu kali keluarga tersebut mendengar salah seorang anak
tetangga mereka sedang sakit keras tetapi keluarga tersebut tidak memiliki
biaya untuk pengobatan bagi anak tersebut. Keluarga yang hidupnya pas pasan itu
mengetahui masalah tetangganya. Akhirnya mereka berunding untuk menolong
tetangganya tersebut dengan tabungan yang mereka kumpulkan bersama, walaupun
tujuan dari tabungan itu adalah untuk membeli bahan makanan dikala musim
kemarau datang.
Sdr....
seringkali dalam kehidupan kita sebagai orang percaya diperhadapkan pada
situasi yang sulit, ketika harus memberi dari kekurangan kita. Memberi,
resikonya adalah mengalami kekurangan dari apa yang paling kita butuhkan
sedangkan yang diberi akan merasa tercukupkan. Masalahnya, ketika kita harus
memberi dari kekurangan kadangkala “kekuatiran” menjadi teman setia.
Sdr...
janda di Sarfat yang bertemu dengan Elia mendapat jawaban dari kekurangannya
ketika mendengar bagaimana “Kuasa Allah” bagi setiap mereka yang yakin dan
percaya kepada-Nya. Kekurangan yang ia miliki bukan menjadikannya takut tetapi justru
dari kekurangannya ia memberi tetapi dibalik keyakinan tersebut ia memperoleh
pertolongan dari Tuhan. Keyakinan dari janda tersebut mengantarnya kepada situasi yang justru
menyenangkan buat dia. Tepung di dalam tempayan dan minyak di dalam buli-buli tidak
habis dalam jangka yang panjang karena perkenanan Tuhan.
Bagaimana dengan kita?
Beriman dan percaya kepada Allah sebagai sumber kehidupan adalah landasan utama
menjalani hidup serta menjawab keraguan kita, ketika kita harus memberi dari
kekurangan. Situasi
sulit bukan tidak mungkin dan bahkan sering kita alami. Bahkan situasi sulit tersebut
seringkali membuat kita dalam dilema tetapi kehidupan dalam iman kepada Allah adalah
kehidupan yang mengandalkan Dia karena Ia sanggup menjawab setiap keraguan dan
ketakutan kita dengan pengharapan yang pasti. Kehidupan kita tidak dibatasi oleh
standar dan pikiran manusia di dalam keraguan akan hidup dimasa kini melainkan percayalah
kepada Dia yang sanggup menolong kapanpun dan dimanapun. Oleh karena itu hidup
orang percaya adalah hidup yang berjalan dalam iman, bertindak dalam iman dan
berpengharapan dalam iman.
Yesus berkata: "Karena itu aku berkata kepadamu :
Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah
kuatir akan pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai (Matius 6:25).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar