MENJADI KOMUNITAS YANG SALING PERCAYA
Yohanes 20:19-31
Manusia
adalah mahluk sosial atau komunitas yang tidak dapat hidup sendiri. Menurut Kertajaya Hermawan, arti
komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang
seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas ada relasi yang erat antar para
anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest.
Komunitas orang percaya adalah komunitas yang berangkat dari satu kesatuan
di dalam iman kepada Kristus yang mempunyai tujuan yang sama yaitu membangun
tubuh Kristus yang diwujudkan dalam kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama.
Secara holistik, komunitas akan terbangun secara utuh jika di dasarkan pada prinsip
saling percaya.
Dari bacaan kita dalam Yohanes 20:19-31 muncul suatu kisah bahwa seorang
murid Yesus yang bernama Tomas tidak percaya akan kebangkitan Kristus. Berita
yang disampaikan oleh murid-murid yang lain tidak menggoyahkan prinsip Tomas. Dari
ketidak percayaannya Tomas memunculkan suatu statement bagi dia bahwa “Sebelum aku melihat bekas paku pada
tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan
mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya”.
Ungkapan Tomas ini adalah ungkapan yang bukan hanya di tujukan kepada
rekan-rekannya tetapi juga secara tidak langsung di tujukan juga kepada Tuhan
Yesus sekalipun faktanya adalah suatu kebenaran namun dia tidak percaya.
Ketidak percayaan Tomas tersebut menjadikan dia sebagai pribadi yang tidak
mampu hadir secara utuh dan menyatu dalam komunitas murid-murid saat itu.
Ketidak percayaan Tomas adalah suatu gambaran bahwa ia sedang dalam
kebingungan. Apakah memungkinkan ia mempercayai sesuatu yang hanya berupa
informasi, sementara ia ingin bukti secara lahiriah. Dari situasi ini
memungkinkan Tomas sebagai pribadi yang hadir dalam komunitas murid-murid Yesus
namun terpisah dari sudut pandang yang berbeda.
Hal yang sama seringkali terjadi, ketika dalam sebuah komunitas muncul
suatu perbedaan serius dalam hal ketidak kepercayaan satu dengan yang lain memungkinkan
keutuhan komunitas tersebut akan mengalami pergeseran makna dan bahkan kehancuran,
ketika sikap tidak saling percaya menjadi dominan. Setiap komunitas bukan tanpa
perbedaan tetapi hendaknya perbedaan disikapi dengan melihat kebersamaan dalam
mewujudkan kesatuan dan persatuan bagi kepentingan bersama. Kita dapat belajar
dari Tomas, sekalipun punya cara pandang yang berbeda namun tetap memelihara
kesatuan dan kebersamaan. Komunitas murid-murid saat itu tidak melihat prinsip
Tomas sebagai sesuatu yang akan merusak keutuhan mereka tetapi terus bersama-sama
mewujudkan tujuan utama yaitu pelayanan pekabaran Injil.
Komunitas orang percaya adalah membangun suatu kesatuan yang utuh yang
berlandaskan pada keutuhan pelayanan, membangun jati diri sebagai murid Kristus
bagi tugas panggilan pelayanan, dan membangun keutuhan tubuh Kristus yang di
implementasikan lewat karya nyata bagi sesama melalui sikap yang mau melayani
seperti Kristus. Komunitas orang percaya yang saling percaya adalah komunitas
yang selalu berlandaskan pada kebenaran firman Tuhan sebagai dasar dan pola
hidup bagi keutuhan bersama.
Oleh karena itu, sikap saling percaya adalah
element penting dalam suatu komunitas. Sikap saling percaya meliputi adanya
integritas (integrity), kejujuran (honesty) kewajaran (fittingness), sikap egaliter (egali-tarianism), toleransi
(tolerance) dan kemurahan hati (generosity). Dengan demikian biarlah komunitas
orang percaya dibangun di atas dasar saling percaya yang dilandaskan pada
panggilan pelayanan bagi tubuh Kristus. Amin....